Revolusi pendidikan Indonesia memang tak pernah lekang oleh waktu. Mulai dari masa Soekarno hingga era Jokowi, upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air terus dilakukan.
Menurut pakar pendidikan, revolusi pendidikan merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan demi menciptakan generasi yang cerdas dan kompetitif. Sebagaimana yang dikatakan oleh John Dewey, “pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup, tetapi hidup itu sendiri.”
Di masa Soekarno, revolusi pendidikan dilakukan melalui program-program seperti Gerakan Nasional Pendidikan (GNP) dan Pendidikan Nasional. Hal ini dilakukan untuk menjamin akses pendidikan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
Namun, perjuangan untuk revolusi pendidikan tak berhenti di situ. Di era Jokowi, upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan terus dilakukan melalui program-program seperti Gerakan Literasi Nasional (GLN) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Presiden Jokowi sendiri pernah mengatakan, “pendidikan adalah kunci utama untuk mencapai kemajuan bangsa.”
Namun, masih banyak yang perlu dilakukan dalam revolusi pendidikan Indonesia. Menurut data UNESCO, Indonesia masih memiliki tingkat melek huruf yang rendah dan kesenjangan akses pendidikan yang besar antara daerah perkotaan dan pedesaan. Oleh karena itu, peran semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Dalam sebuah wawancara dengan Kompas, Prof. Anies Baswedan juga menyatakan pentingnya revolusi pendidikan di Indonesia. Menurutnya, “revolusi pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab semua pihak untuk menciptakan sistem pendidikan yang inklusif dan berkualitas.”
Dengan semangat revolusi pendidikan dari masa Soekarno hingga Jokowi, diharapkan kualitas pendidikan di Indonesia dapat terus meningkat dan menciptakan generasi yang siap bersaing di era globalisasi. Seperti yang dikatakan oleh Bung Karno, “berjuanglah untuk pendidikan, karena dengan pendidikanlah kita dapat meraih kemerdekaan sejati.”